Selasa, 14 Februari 2012

"Puki-Puki Yang Terlempar"

Pada medio Agustus 2011, dalam perjalanan wisata dari dan menuju Pulau Rinca-pelabuan perahu motor dan kapal pesiar Labuan Bajo saya mencatat sebuah kalimat yang ‘menarik’ yang selanjutnya saya pilih menjadi judul tulisan ini: ‘Puki-Puki Yang Terlempar’. Kata-kalimat ini terlontar dari mulut pemilik sekaligus kapten perahu motor berkapasitas lima penumpang orang dewasa yang saya tumpangi. Kata-kalimat ‘menarik’ di atas muncul dalam sebuah peristiwa berikut ini.

Dalam perjalanan pulang dari Pulau Rinca, perahu motor yang kami tumpangi meluangkan sebentar waktu untuk singgah di pulau Kelor. Sebuah pulau kecil dengan hamparan pasir putih dan pemandangan darat dan bawah laut yang indah. Bagi kebanyakan pengunjung pulau Rinca dan Komodo, pulau kecil nan teduh itu bukanlah sesuatu yang asing, lantaran hampir pasti dijadikan tempat transit, jika bukan untuk mengambil gambar dan merekam keindahan terumbu karang pada pesisirnya, maka sudah barang tentu untuk berenang dan menyelam.

Pada ketika itu, jumlah pengunjung pulau tersebut terbilang banyak, baik wisatawan asing maupun lokal. Terdapat sebagian kecil pengunjung berenang santai di pesisir yang dangkal, sebagian kecil yang lain berenang dan menyelam, namun ada sebagian besar yang berjemur di hamparan pasir putih. Melihat begitu banyak wisatawan yang berjemur dengan hanya mengenakan pakaian dalam, sebagian yang lain hanya menutupi tubuh dengan kain tipis termasuk di dalamnya adalah wisatawan lokal, lantas, dengan nada canda, walau tampak agak geram sang kapten berujar “Itu lihat sudah, itu, puki-puki terlempar di pasir”.

selangkapnya baca di sini : http://krisbheda.wordpress.com/2012/02/13/puki-puki-yang-terlempar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar